Baper boleh, asal pada tempatnya

Senin, 04 Mei 2015

CERPEN BAHASA INDONESIA

 on  with No comments 
In  

https://pbs.twimg.com/profile_images/1351804615/

Anak, Bapak, dan Burung Gereja
(Oleh: Farhan Al Fattah)

          Tatkala angin berhembus dengan silirnya di bulan April menyapu dedaunan kering yang jatuh dari pohon disertai alunan melodi lantunan para burung gereja, Bapak dan Anak itu duduk dengan nyamannya di sebuah kursi usang yang masih berdiri kokoh di pojok taman depan istananya yaitu rumah. Warna hijau dari dedaunan yang dipantulkan oleh sang raja menambah kenyamanan tiada tara. Air mancur cantik bergemiricik bak tawa terbawa akan kemesraan antara Bapak dan Anak itu.
Keceriaan dan semangat di bawah naungan pagi yang bersinar itu dimanfaatkan Anak dengan menggunakan mata tajamnya untuk membaca kata demi kata yang tersusun rapi di atas koran barunya seakan-akannya terbawa terbang oleh silir angin dan Si Ayah menemani dia dengan penuh kesetiaan disampingnya.
Tiba-tiba, seekor burung turun dari sangkarnya tepat di depan Bapak dan Anak itu. Dengan penuh keingin tahuan Bapak bertanya kepada Anaknya.
“Nak, itu apa?”
“Itu burung gereja.” Lalu ia melanjutkan memakan korannya.
Tak lama kemudian Bapak itu bertanya lagi kepada anaknya dengan menunjuk ke arah semak-semak.
“Nak itu apa?”
“Itu burung gereja! Kan sudah kukatakan tadi!” Amarah si Anak mulai naik karena api yang mulai menyulut hatinya
Untuk ketiga kalinya, Bapak yang sudah beruban itu bertanya lagi dengan penuh penasaran sambil menunjuk ke atas pohon yang terletak tidak jauh dari kursi using yang mereka duduki.
“Nak itu apa?”
Tadi sudah kukatakan. Itu adalah burung gereja! BU-RUNG GE-RE-JA! Mengapa sih pak bertanya kepadaku terus? Ada yang salah dengan burung gereja itu? Sudahlah lupakan tentang burung itu! Itu hanya burung gereja!” Amarah si Anak sudah membara sampai ke atas ubun-ubunnya karena berbuatan Bapaknya yang sangat bersifat kekanak-kanakan.
Setelah dia memarahi Bapaknya, dia nampak kelihatan sangat naif dan kecewa akan perkataan dan perbuatan yang telah dia lontarkan kepada Ayahnya.  Ayah hanya diam tanpa kata setelah menerima perbuatan Anaknya itu dan melanjutkan untuk berdiri lalu melangkahkan kaki tuanya untuk berjalan. Anak dengan penuh kekecewaan bertanya kepada Bapaknya.
“Pak, mau kemana?” Bapak itu tetap saja diam tanpa kata.
Tak lama setelah itu, Bapak itu kembali dan membawa sesuatu yang ia bawa di tangannya yang dia ambil dari rumahnya.
“Nak, bacalah ini.”
“Apa ini, Pak?”
“Cepat, bacalah saja.”
Anak dengan penasaran membaca secara seksama buku itu dan membiarkan hembusan angin yang selalu menyapanya. Ternyata di dalam buku itu tertulis.
“Hari ini anakku yang telah berumur 3 tahun duduk di sampingku. Dia bertanya kepadaku tentang apa yang baru saja ia lihat yaitu burung gereja. Dia bertanya kepadaku sebanyak 21 kali tapi aku selalu menjawabnya dengan penuh pelukan dan kasih sayang setiap kali dia bertanya kepadaku. Aku sangat bahagia karena anakku sudah beranjak mengerti apa yang dia lihat dengan matanya yang tajam itu”

Terlihat dari raut wajahnya, sejenak benak Anak itu sangat luluh sampai-sampai meneteskan badai air mata saat menatap dan memperhatikan petik demi petik yang tertorehkan di atas buku itu. Keceriaan yang telah tersaksikan oleh alam tiba-tiba disapu pergi oleh angina dan digantikan oleh suasana keharuan. Anak memeluk Bapaknya erat-erat dengan penuh kasih sayang dan akhirnya mereka kembali ke istananya sambil membawa senyuman kebahagiaan yang tak akan mereka lupakan.

Sumber: Cerita ini dikutip dari sebuah video inspiratif 

Share: