Baper boleh, asal pada tempatnya

Kamis, 08 Desember 2016

Sosok Pengubah Hidupku

 on  with No comments 
In  
Ceritanya beberapa waktu yang lalu gue ikut lomba cerpen yang ngadain FK UNAIR. Nahh, hasilnya di pengumuman gak ada. Jadi gue post aja dah. Maaf kalau judul sama isinya gak nyambung 😅

ENJOY IT!!

https://www.facebook.com/663050137125061/photos/pb.663050137125061.-2207520000.1481211655./1170381249725278/?type=3&theater


Waktu menunjukkan sepertiga malam. Angin menembus lubang-lubang ventilasi kamarku dengan cara menyelundup lalu menggelitik-gelitik tubuhku. Akupun mulai mengucek-ucek kelopak mataku dan membuka mata. Kulihat dunia masih gelap, hanya suara jangkrik dan  tetesan air kran yang menemani. Tenggorokan serak masih kurasakan maka bergegaslah aku minum teguk demi teguk air yang kuletakkan di atas dampar tua sebelum berenang di lautan mimpi. Larut sudah serak ini dan akupun beranjak dari ranjang empukku menuju kamar mandi pojok bilikku ‘tuk memburu air kesucian. Tubuhku gemetar tak karuan saat air itu membelai kulit ariku. Namun, hal itu tidak menyurutkan niatku memburu air tersebut sebagai syaratku bertemu dengan-Nya di waktu mustajabah ini. Seluruh isi kalbuku t’lah ku curahkan dengan-Nya. Sarung kusam yang kukenakan mengingatkanku pada suatu peristiwa.
***
Mentari mulai melahap sang bintang dan menghamburkan semburat kuning dari ufuk timur. Air embun masih berayun-berayun di atas lembaran hijau samping pekarangan. Kain putih bergaris biru masih membungkusku dari dinginnya malam. Alarm meronta-ronta ingin segera di matikan. Jarum menunjukkan pukul 08.00 WIB dan tubuhku masih bermalas-malasan seakan tak ada kemauan ‘tuk  bangkit.
Petir tiba-tiba menyambar pintu bilikku. 
“Le, bangun le. Cepat mandi, sarapan, dan berangkat sekolah! Nanti kamu telat!”
 Siapalagi kalau bukan Ibuku. Bergegaslah aku menyikat gigi tanpa membasuh badan kotorku, Karena sudah lebih dari jam 8. Sudah jadi kebiasaan telat bagi orang sepertiku, masuk ruang BK bak sebuah sarapan nikmat, lari memutari lapangan 8 kali juga. Aku yakin  bahwa sekolah itu cuma formalitas belaka, dengan jerit payah dihukum lari memutari lapangan pasti aku akan meraih cita-citaku yaitu memakai seragam abuabu, berpangkat di pundak kanan dan kiri, memakai topi hitam melengkung ke atas apalagi kalau bukan polisi. 
“Sepeda ninja siap, helm siap, berangkat!” 
Susu segar aku bawa dari kotak es persegi panjang warna biru, aku sruput melalui pipet bening, menikmati segar dan sensasinya dengan masih mengendarai ninja. Lama kelamaan kubus berisi susu itu habis. Tanpa berpikir panjang langsung ku lempar kubus sisa susu ini ke sungai coklat sebelah kiri yang ku lalui. 
Ku tak pernah melaksanakan piket, kerja bakti pun tidak. Menyapu atau merawat tanaman itu bukanlah kesukaanku. Alam bagiku mimpi buruk. Aku lebih suka melatih fisikku untuk mempersiapkannya masuk kepolisian. Biar orang berkata apa, menganggap aku pemalas, egois, gila  atau apapun itu aku tak peduli. Yang penting aku bisa memetik impianku, karena inilah jalan hidupku. 
***
Mei ceria menghiasi seragam putih abu-abuku. Tanda tangan dan coretan-coretan tinta warna-warni terukir juga di sana.
 “Brummm brum brumm…..”
 Konvoi keliling kota laksana berselancar di samudra luas. Akhirnya aku lulus dengan nilai yang lumayan memuaskan. Bapak dan ibu guru memberi selamat kepadaku serta ibu kantin yang selalu memberi asupan nutrisi semasa sekolah menengah atas kepadaku juga memberikan ucapan selamat. Ibuku menyiapkan urap-urap dan trancam sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. 
***
Hari bergati bulan, bulan berganti tahun. Pohon jati depan pekarangan mulai merontokkan daun keringnya. Ku siap mengikuti tes tahap awalku masuk kepolisian. Tes tulis berhasil aku lompati, tes sememaptaan sukses aku arungi. 2 hari lagi tes wawanncara. Aku harus mempersiapkan matang-matang agar aku bisa meraih cita-citaku ini.
2 hari terlah berlari, saatnya untuk masuk pada tahap penentuan. Duduk di kursi aluminium berwarna silver dan mengkilat saat terkena sinar, detak jantung berdebar tak karuan menunggu namaku dipanggil melalui corong putih yang tergantung di atas tembok. Kuambil gadget dari saku celanaku, lalu mengetik pesan untuk Ibuku agar suasana mungkin menjadi agak lebih tenang.
“Saudara Parja….”
Kurapikan terlebih dahulu bajuku. Detak jantungku masih saja berdebar-debar terlihat dari dada sebelah kiri yang selalu menggerakkan baju rapiku. Kaki melangkah pelan-pelan melewati petak coklat segi empat. Inilah waktunya untuk membuka daun pintu itu.
“Benar dengan Saudara Parja?”
“Iya, benar Bapak.”
“Silahkan duduk.”
Pertanyaan demi pertanyaan beliau sodorkan padaku. Dengan percaya diri aku jawab tanpa rasa ragu, sampai akhir pertanyaan pun aku lancar menjawabnya. 
Dari jendela ruang wawancara, ku tatap langit menjatuhkan rintik-rintik kemuliaan-Nya. Mungkin ini pertanda aku lolos tes wawancara ini, sebab ku yakin bahwa hasil ku takkan menghianati usahaku ini. Tinggal menunggu hasil. 
Berjam-jam aku menunggu dan akhirya hasil telah ditempelkan di papan informasi. Banyak sekali peserta lain yang berebut sampai berjubel-jubel tak sabar melihat hasil dari tes penentuan ini. Suasana kecewa terlukiskan di wajah para peserta yang tak lolos dan suasana sumringah tergambarkan di wajah para peserta yang lolos. Depan papan informasi lambat laun mulai sepi dan ku mulai mendekatinya. Jariku menyisir tabel-tabel nama yang terpampang disitu. Aku sempat bingung.
“Mana namaku? 
Kok nggak ada? 
Mana namaku?
 Masa.. masa aku gak lolos? 
Gak mungkin. Ini tidak mungkin!!”

Desember suram terlihat dari raut wajahku, karena kegagalan yang masih terngiang-ngiang di anganku. Berjalan serempetan menuju tempat parkir. Tak ku sangka kalau akhirnya seperti ini. Aku berpikir Tuhan tidak adil, Tuhan pelit, Tuhan tidak bijaksana. 
“Apa yang telah kulakukan sebenarnya? 
Mengapa aku seperti ini? 
Apa yang harus kulakukan? “
Tiba-tiba seorang lelaki berjubah putih menepuk pundakku dengan kerasnya dan lanjut meninggalkanku begitu saja. Lantasku ku berteriak.
“Hei! Siapa kau? Berani-berani menepuk pundakku! Hei kamu! Berhenti!”
Orang itu tidak menggubrisku sama sekali. Berkali-kali ku berteriak sampai suaraku serak pun dia tidak menjawab pertanyaanku. Alhasil ku ikuti orang itu, 
Langkah cepatnya tak kuasa aku ikuti, akhirnya aku beristirahat sejenak ‘tuk mengumpulkan tenaga. Setelah terkumpul kulihat orang itu sudah menghilang entah kemana. Orang itu tiba-tiba berada di belakangku. Aku terpaku ditatapannya, ku tak bisa membuka mulut, serasa dibungkam mati-matian. Kemudian dia memegang pergelangan tangan kananku dan mengajakku ke suatu tempat.
Ternyata orang itu mengajakku ke tempat yang beberapa tahun yang lalu aku lewati. Dan tempat itu adalah sungai coklat yang aku lempari kotak sisa susuku. Sungai itu berbicara kepadaku,
“Mengapa kau melempariku dengan kotak busukmu itu? Tak ada tempat lainkah yang pantas kau jadikan tempat sampah? Aku diciptakan oleh ALLAH SWT untuk membantu para manusia untuk mencukupi kebutuhan air mereka. Aku adalah salah satu ciptakan ALLAH SWT yang sangat mulia, Bisa jadi nanti kamu akan membuang sampah di tempat yang sangat mulia lagi daripada aku yaitu masjid. Akankah kau seperti itu?”
Jantungku tiba-tiba mendadak berhenti dan…
“Aku ingat semuanya. Aku tak pernah bersimpuh dihadapan-Nya, seruan-Mu pun ku acuhkan, aku hanya mementingkan nafsuku. T’lah seberapa tebalkah dosa yang melumuri diriku? Sampai-sampai sungai ini menegurku seperti ini. Apakah ini utusan dari Engkau Ya ALLAH? Aku pun tak pernah bersholawat kepada Sang Rasul. Sangat sombongnya aku ini. Alam saja sudah tak suka padaku apalagi Engkau Ya ALLAH. Akankah Engkau memasukkanku ke Neraka Jahannam?”
Aku menangis tak kuasa menahan dosa-dosaku. Aku pasrah sudah kepada ALLAH SWT. Aku memang manusia biadab yang tak tau malu. Aku memang manusia bodoh yang seharusnya diazab sebesar-besarnya.
“Engkau akhiri sudah hidup sampai di sini Ya Allah…..”
Orang berjubah itu tiba-tiba mengangkat kepalaku dan berkata sesuatu padaku,
“Bangkitlah nak, perjalananmu masih panjang. Kau harus merubah ini semua menjadi yang lebih baik.”
“Tapi, dosaku sudah menggunung. Aku tak bisa berbuat apa-apa.”
“Bangkit dan lihatlah nak,
 Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata (QS. Qaaf : 50/8)
Aku bangkit dan mulai menghapus air mataku dan sejak hari itu hidupku berubah.   
***
1 Januari ku kali ini sudah tidak seperti dulu lagi. Ibuku sudah bersama-Nya di surga. Ku sudah memiliki seseorang yang menemani hari-hariku untuk menjalani hidup. Sawah peninggalan Bapak pun sekarang t’lah subur kembali. Alhamdulillah ALLAH SWT masih mengijinkanku untuk merubah ini semua. Sampai akhirnya aku sukses menjadi seorang guru mengaji di salah satu TPA dekat rumah dengan diiringi menjadi seorang petani jeruk. 


Terima kasih Ya ALLAH…..
Share:

ADEGAN BERBAHAYA!

 on  with No comments 
In  

Duhhhh, udah hampir tahun masak postinganku masih segini ðŸ˜“ 
Sungguh terlaluuuu...

Oke guys, gue baru aja selesai ujian nihh. Hmm rasanya selesai ujian bagi gue adalah hal yang horror soalnya kebayang-bayang sama yang namanya..

"REMIDI"


Entah mengapa ujian kali ini gue rasa biasa-biasa aja, kaya gak ada greget untuk mencapai nilai sempurna gitu. Gue pusing mikirin universitas sama jurusan yang gue ambil besok saat udah lulus. Padahal semester 5 ini adalah penentuan gue bisa ikut SNMPTN apa nggak. Gue juga gak fokus mau belajar apa dulu. Sampek gue ditegur oleh beberapa guru karena nilai ulangan harian gue banyak yang jelek.

Sekolah gue kan SMAN 1 Genteng, Banyuwangi. Nah itu akreditasinya udah A jadi diseleksi dulu yang bisa ikut SNMPTN yaitu 75% dari seluruh siswa. Doakan aku lolos ya guys 💪 

Sejak hari pertama ujian gue perang sama kimia. Kimia kali ini materinya baca semua gak ada yang ngitung pakek rumus-rumus. Tapi bacaannya banyak banget apalagi gue sebelumnya habis lomba BTRC (Banyuwangi Travelling Red Croos) 👉 nanti gue ceritain di postingan selanjutnya
Padahal sama guru gue udah diberikan contoh soal-soalnya tapi tetep aja pas ngerjain ada aja yang gak bisa. Ya gimana lagi, menurut gue persiapan gue kurang banget.

Pada hari selanjutnya gue ngarungi samudra matematika peminatan. WOW! Soalnya mantap banget. Tentang integral, trigonometri, dll. Bab yang kadang nyantol kadang nggak. Yaudah seperti biasa pada soal ada tulisan "Saya berjanji akan mengerjakan dengan jujur dan tidak akan membocorkan jawaban kepada siapapun" Ini adalah ciri khas guru matematika gue Bu Istiqomah. Dengan mengucap nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang aku coba ngerjain tuh satu persatu. Dari soal pertama "Waduuuhh..." 
Soal kedua "Ahhhhh...."
Soal ketiga "Hufffft..."
Soal Keempat dan seterusnya "Astagfirulaahhh....."😢
Dan akhirnya gue keluarin jurus andalan guee, jeng jeng jeeeeng 

"SMART SOLUTION" Cara nawor super ampuhh ðŸ‘Œ
(Jangan ditiru, adegan berbahaya)

Waktu 90 menit gue habisin buat bolak-balik soal, tidur, do'a, mungkin ngupil juga terus kalau udah 5 menit terakhir gue keluarin tuh jurus ampuh gue. Tinggal silang, silang dan silaaaang.

Ujian selanjutnya, matematika wajib, fisika gue lakuin juga tuh jurus ampuh itu. Tapi anehnya pada ujian fisika gue malah gak baca soal sama sekali gara-gara gue blank gak tau gimana ngerjainnya. Jadinya, kertas buram yang dikasihin pengawas gue lipat jadi dua bagian. Terus gue nulis cerita sampai habisnya waktun ujian. Hmmm sungguh keterlauan.

AKU GILA KAH? Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaak...

Tapi nggak semua mapel gue pakek jurus itu, pastinya gue dikit-dikit tau lahh masak gue gak tau sama sekali. Kalu gak tau berarti kebangetan gue ini. Dan ini tadi adalah hari pertama gue bebas dari ujian tapi hari ini adalah hari-hari yang gue takuti karena kebayang-bayang remidi. Alhasil, aku remidi Kimia dan Matematika. Gawattttt!!

Gimanih nasih hasil dari ujian-ujian gue?😞😞





Share: